Segerakan APD Untuk Dokter Dan Perawat, Atau Nyawa Bangsa Akan Hilang, Mr. President !



By. Muhammad Athallah Raihan Adam                                Mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. 
Ketersediaan masker, hand sanitizer dan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang menangani pasien corona (COVID-19), Haruslah mencukupi.
Tapi kenyataanya di beberapa rumah sakit tenaga medis terpaksa menggunakan jas hujan atau plastik sampah yang dimodifikasi menjadi alat pelindung diri dalam menangani pasien.
Seharusnya pemerintah mempercepat proses belanja barang dan jasa untuk penanganan COVID-19, karena  situasi sangat kritis dan perlu tindakan cepat untuk mengatasinya. Pemerintah jangan hanya fokus pada penanganan pasien tapi juga perlu perhatikan kebutuhan APD tenaga medis dan petugas lain yang terlibat.
Pasalnya, korban dokter dan perawat berjatuhan  Termasuk dosen saya Prof. Dr. dr. Bambang Sutrisna  yang mengajarkan Epidemologi di UPN Veteran Jakarta. (terima kasih Dok, ilmu anda akan kami selalu pakai semoga bermanfaat). Mau berapa banyak lagi dokter spesialis menjadi korban ?
Padahal untuk menjadi dokter  spesialis tidak mudah, karena kuota yang terbatas, lagi persyaratan dan biaya yang besar. Mungkin orang seperti saya tak sanggup membayar, walaupun persyaratan terpenuhi.
Oleh karena itu Menteri Keuangan, Sri Mulyani, harus secepatnya mencairkan APBN sebesar Rp 62 triliun untuk penanganan covid 19.  Tapi lebih penting dari itu jangan dikorupsi sehingga setiap pihak yang terlibat dalam penanganan covid 19 dapat bekerja optimal.
Wajarlah jika IDI, Ikatan Perawat  dan ISMKI, mengancam mogok, karena korban berjatuhan akibat lambatnya pemerintah menyalurkan APD dengan alasan tender, tapi anehnya kok untuk infrastruktur Jalan tol begitu cepat tanggap, menagopa untuk keselamatan para dokter begitu lama tanggapan nya ?
Ketahuilah kehilanggan dokter adalah kehilangan nyawa bangsa Indonesia. Karena pergerakan nasional di mulai dari sekolah dokter di STOVIA, yang melahirkan Budi Utomo.

Karena perlawanan dan kebangkitan bangsa Indonesia bisa lepas dari peran sebuah sekolah kedokteran yang dibangun tak jauh dari pusat keramaian Senen, Batavia kala itu. STOVIA. Terletak di jalan yang tak terlalu besar dan agak sulit ditemukan, gedung ini teguh berdiri. Warna serta bentuknya masih sama dengan yang dilihat oleh para siswanya 112 tahun silam.

Disanalah Dokter Sutomo, Dokter Wahidin Sudiro Husodo, Dokter Soeradji dan teman temanya membentuk sebauh gerakan perjuangan yang bernama Budi Utomo.

Merekalah cikal bakal perjuangan bangsa Indonesia. Saat itulah perjuangan mereka dimulai. Ada yang kerjanya mengkritik pemerintah kolonial terhadap kebijakan kesehatan masyarakat, Ada yang membangun klinik dan pendidikan kesehatan, ada yang berjuang secara formal melalui volskraad, dan ada yang memperjuangkan kemerdekaan. (Hans Pols : 2018, Nurturing Indonesia, cambrige University Press)   

Sehingga bangsa Indonesia  akan rugi besar kehilangan Dokter dokter terbaiknya.
Mengapa  Dokter ?
Karena dokter yang baik tidak akan berpolitik pragmatis, pasti dia idaelis. Sedikit sekali  dokter yang  menyimpang jalan. Berbeda dengan Politisi, sedikit sekali yang baik, lebih banyak yang menyimpang.
Kedua Dokter tidak akan korupsi, karena sekali dokter korupsi, pasien akan mati.
Ketiga para dokter sudah terbiasa mengutama pasiennya tidak mengutamakan dirinya sehingga egonya akan hilang jika bertemu dengan Pasien nya. Sama seperti meninggalnya dosen kami Profesor Bambang  yang mementingkan pasienya, hingga dia lelah dan terpapar corona.
Dan lainnya.
Jadi segerakan Distribusi APD ke para dokter dan perawat atau nyawa bangsa Indonesia akan hilang Mr Presiden.
Penulis Adalah Chief Eksekutif Kajian Kebijakan Kesehatan Pada Syafaat Foundation Indonesia.

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama