Gawat, Gara Gara Pandemi Indonesia Terjerembab Dititik Nadir ?


by Helmi Adam

Turunnya daya saing RI Saat ini, membuat  ekonomi Tanah Air. Di mata global menyedihkan, karena Indonesia terkenal dengan stabilitas ekonominya. Pertumbuhan ekonomi  yang stabil di angka 5% dalam periode 2014-2019 menurut BPS, membuat dunia meragukannya datanya.

Janji Jokowi untuk membawa ekonomi meroket di bulan Desemberpun menjadi ejekan banyak pihak. Apalagi di perode kedua ini, malah tersandung oleh merebaknya wabah corona (Covid-19) di dalam negeri. Sampai hari ini, jumlah penderita Covid-19 di dalam negeri sudah mencapai lebih dari 43 ribu orang.

Untuk menekan penyebaran wabah, Indonesia lebih memilih  Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dari pada lockdown. Hal ini berakibat  menjadi terbatasnya Mobilitas publik. 

Kebijakan ini justru ditentang banyak orang, karena bersifat "banci", artinya tidak bisa menyelesaikan wabah dengan cepat dan drastis. Disisi lain justru menambah banyak penderita dan memperlama penyelesaian wabah, tidak seperti di Italia dan Cina. 

Padahal roda ekonomi sangatlah bergantung pada mobilitas barang, uang dan orang. Namun ini semua menjadi tersendat kala pandemi merebak di Tanah Air dan semakin lama penyelesaian nya. Akibatnya cost recovery-nya makin lama dan makin besar.

Akibatnya Ekonomi Indonesia  yang  stabil ternyata tak kuat untuk menahan gempuran pandemi. 

Sebagai bahan perbandingan sebelum PSBB diterapkan, konsumsi domestik yang menjadi tulang punggung Tanah Air telah  mengalami pertumbuhan melambat. 

Sementara  karyawan yang dirumahkan dan terkena PHK tambah meningkat. Akibatnya daya beli menurun terus dan  tingkat inflasi rendah. Hal ini mengakibatkan  konsumen menjadi pesimis dalam memandang perekonomian.

Sedangkan masalah fiskal lebih rumit lagi, pendapatan pemerintaah dari perpajakan tertekan, padahal APBN kita tergntung dari pajak. Hal itu dikarenakan  pemerintah terutama untuk memberikan stimulus pajak kepada korporasi yang begitu besar, dan tidak sama dengan bantuan kepada UMKM dan masyarakat kecil. padaha sektor UMKM menyumbang besar ekonomi Indonesia melalui konsumsi rakyat.. Akibatnya Defisit anggaran diperkirakan melebar hingga 5% dari PDB.

Oleh karena itu saatnya Pemerintah  Memprioritaskan  penyelamatkan perekonomian melalui intervensi di sektor kesehatan, relaksasi pajak hingga bantuan untuk masyarakat yang terdampak. Proyek-proyek infrastruktur pun menjadi tertunda.

Akibat  kondisi yang memprihatinkan seperti ini, daya saing Indonesia menjadi melorot. Sedangkan wabah di Indonesia belum mencapai puncaknya, terlihat dari jumlah pertambahan kasus cenderung  meningkat walaupun masih terlihat fluktuatif, tapi grafiknya terus naik. 

Jika di kuartal kedua tahun ini wabah belum mencapai puncaknya, maka ekonomi RI membutuhkan waktu yang lama untuk bisa pulih. Bahkan banyak yang pesimis, dan mengatakan  bisa jauh lebih lama dibandingkan dengan negara-negara Asia non Jepang (AxJ) lainnya.seperti ayang dirilis Stanley Morgan.

Jika demikian, maka kebijakan yang diambil  tidak akan terlalu berdampak atau efektivitasnya rendah, hal ini bisa dipastikan ekonomi  Indonesia bisa terjerembab di titik nadir. 

Indikator nya adalah, mobiltas rakyat turun, Daya Saing turun, Penangguran bertambah mengakibatkan daya beli turun, konsumsi rakyat turun, penerimaan pajak turun, APBN defisit bengkak dan jatuhnya pertumbuhan ekonomi mencapai kisaran -3.5 % hingga 1,9 Persen.najad

Walaupun Gubernur Bank Indonesia  menetapkan suku bunga acuan dipangkas 0.25 bps menjadi 4,25%.toh tidak bisa menstimulus ekonomi dengan efektif, kecuali suku bunga diturunkan hingga 2 5  bps menjadi 2 % saja, dan di ikuti dengan penurunan suku bunga kredit Bank hingga 5 persen untuk UMKM serta  melakukan relaksasi Pinjaman maka akan menggerakan Investasi  UMKM, hal ini akan berdampak pada pengurangan pengangguran, karena UMKM menyerap 106 juta pekerja, ( data tahun 2018 ). Dengan demikian akan meningkatkan daya beli rakyat dan konsumsi. perkirakan tumbuh minimalis di rentang 0,9 - 1,9 %. 

Dampaknya kehidupan ekonomi akan berjalan lagi..dari pada 667 trilyun dibuang percuma, lebih baik diberikan ke UMKM dengan bunga Rendah atau 4 persen setahun, tentu akan menggerakkan ekonomi lebih stabil.. 





0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama