BEGINILAH GELAR GELAR SAKRAL DALAM BERAGAMA

.

By Muhammad Darmawan

Setiap agama punya GELAR SAKRAL KHUSUS untuk menyebut dan memuja muji yang disembah dan diharapkan pertolongannya baik didunia maupun diakhirat kelak.

Seperti:
Umat Hindu menyebut nama sembahannya Hyang Widhi, Dewa, Syiwa, dll.
(Om Nama Syiwa = Terpujilah nama Syiwa) Dll.
Umat Buddha menyebut sembahannya dengan Thian, Buddha, dll.
(Namo Buddhaya = Terpujilah nama Buddha)

Umat Kristen sebutan Yesus dengan gelar Tuhan, God, dll. (Puji Tuhan, Dalam nama Tuhan Yesus).

Umat Islam menyebut sembahannya dengan Nama ALLAH (Bismillah = Dengan nama Allah) sebagai Khalik (Pencipta segalanya) Ilaha (Yang Kuasa), Ilahi (Yang Menguasai), Ilahun (Penguasa), Rabb (Tuan/Pemilik),  Arahman (Yang Pengasih) Arrahim (Yang Penyayang) Dll.

Jika ada orang yang beragama Hindu atau Buddha, menyebut-nyebut dan memuja muji Tuhan/God yang adalah sebutan gelar untuk Yesus Kristus, maka otomatis rusaklah akidah agamanya sebab Budhha itu sendiri adalah nama sebutan atau gelar dari Sidharta Gautama.

Demikianlah juga jika ada umat Islam yang menyebut-nyebut dan memuja muji Hyang Widhi, Buddha, Thian, Tuhan, God, dll, Maka otomatis Rusaklah Akidah agama dan Ketauhidannya, sebab gelar-gelar itu tidak termasuk dalam Asma Ul Husna.

Sebab penyebutan Nama itu akan berefek langsung kepada " Sesuatu"  yang disembah, dipuja puji dan dimintai pertolongan dan otomatis pula telah berpindah pula agamanya, Atau disebut agama campur aduk.

Contoh: Jika ada orang Hindu atau Buddha yang menyebut-nyebut Nama Allah dan memuja-muji Allah, maka otomatis dia akan dianggap umat Islam, kan? Dan bukan penyembah dan pemuja Hyang Widhi, Dewa atau Buddha lagi!

Begitu jugalah dengan umat Islam jika menyebut-nyebut Nama atau gelar-gelar dari sembahan agama-agama lain !!.

Oleh karena Allah hanya memberikan Nama-Nya saja pada kita, dan kita tidak mampu membayangkan atau mengkhayalkan Wajah-Nya, maka ingat-ingat lah, jagalah dan sering-seringlah menyebut-nyebut Allah,  Nama Rabb (Tuan/Pemilik) kita itu yang mana kita ini sebagai hamba dan milik-Nya.

Sebab ketika menjelang sakaratul maut diharapkan kita sebagai umat Islam, untuk tetap bisa bersyahadat, mengingat/berzikir dan menyebut-nyebut nama Allah, Allah, Allah, Allah, hingga dalam hati dan kita akan kembali kepada Allah.
Innalilahi wa Innailaihi roji'un.

Bukan menyebut nama Buddha, atau zikir dan menyebut-nyebut God God God atau berzikir kata Tuhan Tuhan Tuhan Tuhan.

Sosialisasikan Sila ke-1 Pancasila dan Toleransi beragama atau moderasi agama  itu bukan berarti harus menyatukan gelar sembahan, akidah, ibadah dari masing-masing Agama!

Sebab 
UUD 1945:
Pasal 28E ayat (1), Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.................

Pasal 29 ayat (2) bahwa, ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”

DAMAI ITU INDAH!


0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama