![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTKAw44zO1PZelSTa6mR5n0BLZDi6t7x2TgsxG5Lfpy9No_mnw9PtLAWkgHR0hDDo7rpbUat8HMzDE3qJMoAejWInLCSW2xSXvE7v_Q33uLBvGlv66lxSJXa3JwHZg9bdNdShIimiec3o/w400-h241/Screen+Shot+2020-09-06+at+02.02.59.png)
Rusia berhasil menghasilkan respon antibodi dan tidak menunjukkan adanya efek samping yang serius.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan vaksin tersebut akan diproduksi secara besar-besaran pada September.Tenaga medis yang terlibat dalam uji coba tersebut melakukan dua studi kasus secara terbuka di rumah sakit Rusia terhadap 76 relawan berusia di rentang 18 hingga 60
Dalam uji coba yang dilakukan kepada 38 orang dalam 42 hari itu, tenaga medis tidak menemukan adanya efek samping serius di antara para relawan dan dipastikan vaksin merespon antibodi, kata penulis jurnal tersebut.
Penulis itu mengatakan, "Uji coba jangka panjang termasuk pemantauan lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan apakah vaksin bisa mencegah infeksi Covid-19 dalam jangka waktu lama."
The Lancet sendiri merupakan salah satu jurnal medis tersohor di dunia, yang berbasis di New York, London, dan Bejing.
Adapun vaksin Rusia yang bernama Sputnik V menjadi vaksin pertama di dunia yang didaftarkan setelah mendapatkan persetujuan dari otoritas kesehatan setempat pada bulan lalu.
Kala itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan vaksin tersebut akan diproduksi secara besar-besaran pada September.
sumber cnbc