Serial ekonomi Adam Smith : Indonesia jadi Negara Koloni Cina Jika...?

Oleh Helmi Adam 

Setiap bangsa maupun individu ingin mencapai kemakmuran, dalam arti mampu memenuhi berbagai kebutuhan ekonominya., Adam Smith melihat bagaimana orang waktu itu mengartikan dan memahami arti dari kemakmuran: “Kemakmuran itu ukuranya biasanya adalah  uang, atau emas dan perak, merupakan pengertian populer yang secara alamiah timbul dari fungsi ganda uang yaitu, sebagai alat perdagangan dan sebagai ukuran nilai. Sehingga ketika kita memiliki uang kita dapat lebih mudah untuk mendapatkan apa saja yang kita butuhkan daripada dengan menggunakan komoditas yang lain.  

Kejadian besar didunia sering kita temukan dalam rangka mendapatkan uang. Manakala hal itu tercapai, tidak ada kesulitan dalam melakukan pembelian yang berikutnya. Akibat  dari ukuran nilai, kita menilai semua komoditas yang lain dengan sejumlah uang yang akan digunakan untuk menukarnya. Kita katakan bahwa orang yang kaya itu yang banyak memiliki uang, dan orang yng miskin adalah orang yang memiliki sangat sedikit uang. Orang yang kikir, atau orang yang sangat ingin menjadi kaya disebut orang yang mencintai uang; dan orang yang tidak hati hati, pemurah, penyumbang, dikatakan orang yang tidak peduli akan uang. Agar menjadi kaya haruslah mendapatkan uang; dan kekayaan dan uang, singkatnya, dalam bahasa sehari hari, dipandang sinonim” (Smith, 1904). Sehingga pemikiran Adam Smith bersifat matrealistis.

Uang, merupakan sahabat dan tujuan abadi suatu bangsa. Karena  meskipun berpindah-pindah dari tangan ke tangan, malahan jika dapat dibawa ke luar negri, tidak mungkin uang tidak mungkin sia-sia dan tidak mudah habis begitupun Emas dan perak, oleh karena itu, menurut Adam, uang merupakan bagian yang paling solid dan substansial dari kemakmuran yang dapat merubah dari satu bangsa yang miskin menjadi bangsa  yang kaya, dan untuk bisa melipat gandakan logam dan uang tersebut, maka suatu bangsa harus memliki sasaran besar ekonomi politiknya (Smith, 1904). Sehingga wajar jika suatu daerah kaya sumber daya lam jadi sasaran politik ekonomi para pemilik modal besar.

Jaman merkantilisme sampai Adam Smith Emas dan perak merupakan  sesuatu yang paling bernilai bagi bangsa yang kaya, tetapi merupakan sesuatu yang sangat tidak bernilai bagi bangsa yang miskin. Di antara orang yang belum beradab, yang paling miskin dari semua bangsa, emas dan perak tidak ada nilainya (Smith, 1904). Padahal Kemakmuran yang sebenarnya ada di dalam melimpahnya barang yang digunakan unuk menopang kehidupan manusia, sehingga hal tersebut tidak dapat dilepaskan” (Bax, 1887)

Adam Smith, yang populer disebut sebagai Bapak Ilmu Ekonomi, di antaranya telah mengembangkan ilmu ekonomi politik. Ekonomi politik, menurut Adam Smith “dipandang sebagai satu cabang ilmu untuk negarawan maupun legislator, memiliki dua tujuan yang khas: 

Pertama,untuk meningkatkan pendapatan atau subsistensi bangsa, atau secara lebih tepat untuk memungkinkan mereka meningkatkan pendapatan atau subsistensi untuk diri mereka sendiri

Kedua,untuk menopang negara atau persemakmuran dengan pendapatan yang mencukupi demi Pelayanan public dalam rangka memperkaya rakyat dan penguasa” (Smith, 1904). 

Hal inilah yang menyebabkan Adam Smith setuju dengan koloni koloni yang dimiliki kerajaan Inggris. Sebenarnya ide Smith tentang ini tidak berbeda jauh dengan kaum merkantilis, yang mementingkan perdagangan untuk mencapai keuntungan melalui ekport, dan uangnya yang dihasilkan ekport untuk memperkuat negara untuk menggaji tentara dan membuat koloni koloni baru.

Perang dagang AS dan Cina, adalah neomerkantilisme, seperti yang dilakukan oleh Cina. yang mengekpor sebesar besarnya untuk mendapatkan cadangan devisa, dalam rangka memperkuat Negara, sehingga cina menjadi Negara dengan cadangan devisa terbesar di dunia. Dan melakukan proteksi dengan mengurangi impornya. AS baru sadar selama ini ekonominya menyumbang besar kepada Cina untuk cadangan devisanya, sehingga Trump melakukan hal yang sama pada negaranyanya, dengan menaikkan biaya masuk barang dari luar negri, berarti Trump telah melakukan proteksi terhadap perdanggangan di negaranya.

Lalu bagaimanakah dengan Indonesia ? Indonesia menjadi Negara Lemah yang tidak mampu melindungi  perdagangannya dengan Cina maupun negara lain. Hal ini bisa dilihat dengan  hancurnya industri baja kita, kalah bersaing dengan baja dari Cina, begitupun semen kita yang stocknya menumpuk, padahal kita sedang membangun infrastruktur. Semen juga  kale, dengan semen dari Cina. Kalau kita menggunakan teori neomerkantilisme maupun teori Adam Smith, kita hanya akan menjadi koloni Cina semata. Coba lihat data perdagangan kita mengalami defisit dan ini akan menggerus cadangan devisa, dan menggerus kemampuan bangsa. Dan utang BUMN yang cukup besar pada cina bisa menyebabkan Cina, mnegendalikan BUMN kita, dan jika ini terjadi terus menerus maka Indonesia bisa sja menjadi Negara koloni baru…

Catatan :
Ekonomi politik yang sekarang dikenal dengan nama ekonomi umum, yang dipelajari secara akademis diperguruan tinggi, yang terdiri atas ekonomi mikro dan ekonomi makro. 


penulis adalah Mahasiswa Program Doktoral Universitas Borobudur jakarta

1/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama