Benarkah Pemilu Sekarang Terburuk dan Terbrutal Dalam Sejarah Indonesia ?

Oleh Helmi Adam

Seruan rekonsiliasi oleh JK atas inisiatif dari Muhammadiah, semakin digaungkan. Melihat semakin terpecah belahnya masyarakat akibat pemilu yang luar biasa menguras emosi dan akal sehat rakyat. Ajakan rekonsiliasi JK dan ormas ormas Islam ditengah perhitungan suara di KPU yang semakin tidak dipercaya rakyat menjadi seperti terbang ditiup angin. Berita tersebut kalah seksi  dengan berita kecurangan yang terjadi dalam pemilu, mulai dari kartu yang dicoblos di Malaysia, hingga C1 yang dicuri. Mulai dari polisi yang dianggap berpihak hingga kesalahan input data. Yang semakin aneh pernyataan ketua KPU atas kasus yang terjadi, bukan memberikan harapan untuk perbaikan sesuai undang undang tapi seperti pembelaan diri. Dari mulai kasus di Malaysia, yang dikatakan akan jadi sampah saja surat yang  dicoblos, hingga pernyataan salah input data semata, dengan alasan kelelahan. Padahal,  jika ada pernyataan tegasnya, misalkan salah input data, bisa dipidanakan sesuai undang undang pemilu, mungkin membuat pegawai penginput data menjadi lebih hati hati. Atau pernyataan kasus di Malaysia, “KPU meminta aparat mengusut tuntas kasus tersebut”, yang hingga sekarang hilang begitu saja, karena diduga ada keterlibatan diplomatik. Dengan ditemukan bag diplomatic, di kantor Pos Malaysia.

Rekonsiliasi sendiri akan terjadi jika kedua belah pihak ada kemauAn yang sama untuk melakukan hal tersebut, karena ada perbedaan. Masalahnya baik kubu Jokowi maupun Kubu Prabowo tidak ada perbedaan. Perbedaan dimulai dari quick Count hingga Situng KPU, dan juga kecurangan Pemilu yang dilakukan para penyelengara. Seharusnya KPUnyalah yang  melakukan evaluasi ke dalam, dari masalah situng hingga kecurangan kecurangan didaerah, yang merusak integritas KPU. KPU punya dua pilihan, mematikan server Situng KPU atau mempercepat prosesnya. Mengingat semakin lama semakin membuat rakyat marah, karena adanya konsistensi kesalahan input data pada calon tertentu saja. Ditambah lagi data yang diambil tidak berurutan dalam satu daerah, seperti ada TPS yang didahulukan dan ada TPS yang belum dimasukan. Selain itu ada juga data yang belum dipindai form C1nya. Sehingga wajar jika KPU sekarang dikatakan gagal menjalankan pemilu yang Jurdil.

Hanya di Indonesia orang musti mengawal suara, diluar negri tingkat kepercayaan masyarakatnya amat tinggi kepada KPUnya. Di Indonesia semua bisa dibeli termasuk suara rakyat. Jadi jangan heran jika akhirnya, ada tuntutan mempidanakan KPU, bahkan tanda tangan petisinya sudah mencapai ratusan ribu. Hal ini karena kesalahan dan kurang cerdasnya  KPU dalam mengeluarkan pernyataan, maupun sikap yang tidak menyelesaikan masalah malah menggantung masalah.

Padahal dalam sejarah indonesia baru kali ini pemilu yang banyak  memakan korban, Yaitu anggota KPPS yang berada di garda terdepan,. Dengan bayaran 550 ribu per orang, mereka harus meninggal dunia karena kesalahan para pimpinan di pusat. Hampir 100 orang anggota KPPS meninggal dan 340 lebih sakit setelah hari pencoblosan, apalagi masih ada  anggota KPPS yang belum di bayar di daerah. Hal ini membuat pemilu, membikin hati menjadi pilu. Wajar jika banyak pengamat mengatakan pemilu terburuk dalam sejarah Indonesia.

Tapi benarkah paling terburuk ?

Sebenarnya mungkin bukan sekarang saja kejadian seperti ini berlangsung. Karena para anggota KPU sekarang bisa melakukan hal seperti ini, mungkin ada pelajaran sebelumnya ? apalagi ada beberapa orang mantan KPUD. Sialnya, saat ini hampir semua orang memiliki Henpon, dan hampir semua orang memiliki akses internet. Sehingga kejadian sekecil apapun dapat dilaporkan dengan cepat. Dan bodohnya Komisioner masih berfikir dengan cara lama, dengan paradigma lama,sehingga dianggap semuanya bisa diatasi dengan mudah. Kita lupa bahwa  sekarang sudah era society 5.0, dimana masyarakat menjadi cerdas. Untuk itu dibutuh kecerdasan yang kuat dari para komisioner KPU untuk memahami masyarakat 5.0.

Semoga ini bisa jadi pelajaran bagi bangsa kedepan, jangan lagi menggunakan paradigma lama yaitu: “kebohongan yang diulang ulang bisa jadi kebenaran…” karena dalam masyarakat 5.0, hal ini sulit dilakukan. Bahkan bisa menjadi boomerang…

Penulis Mantan Ketua Umum Senat Univeristas Negri Jakarta

2/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Unknown mengatakan…
pemilu dengan kotak suara dari kardus...menyedihkan sekali
Yanuar iwan mengatakan…
Pemerintah dan KPU telah gagal menciptakan dan membentuk kepercayaan dari rakyat.Akibatnya terjadi arus delegitimasi KPU karena memang ulah KPU sendiri.
Lebih baru Lebih lama