Paper Dragon : Kehancuran Sistem Ekonomi Cina.
Oleh Helmi Adam
Sebuah kritik terhadap keuangan global yang gagal mengidentifikasi dengan tepat krisis yang terjadi di Beijing. Hal ini ada dalam buku Paper Dragon tulisan Bello.
Masalah pokok dalam ekonomi adalah Uang, Padahal uang dan sistem keuangan hanyalahh pelumas bisnis ekonomi riil yang memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa? Lalu bagaimana Uang bisa mengubah segalanya?
Seperti kita ketahui, Pandangan pertama tentang kebangkitan ekonomi pasar bebas adalah Membebaskan pasar untuk barang, jasa, tenaga kerja, tanah dan properti, berpendapat ekonomi kontra-revolusioner mandiri, mengurangi atau menghilangkan peran negara, dan ekonomi kapitalis akan berjalan dengan sendirinya.
Hal yang sama berlaku untuk keuangan: singkirkan peraturan apa pun yang menghalangi pasar bebas untuk uang dan kredit, dan hal serupa akan berlaku untuk bank. Satu-satunya masalah dengan uang adalah bahwa negara yang mencetak uang, sedangkan pandangan kapitalis, negara tidak dapat dipercaya. Negaralah yang kendalikan persediaan uang, dan biarkan pasar melakukan sisanya.
Hari ini, segelintir orang fanatik ekonomi yang mendukung Brexit, hampir tidak ada yang mengambil pandangan tersebut. Hal ini menjelas bahwa sistem keuangan saat ini, bukan hanya seedar pelumas ekonomi yang bersifat netral, tetapi dapat mengubah kinerja ekonomi menjadi lebih buruk.
Kapitalisme menghasilkan banyak kredit dan utang sehingga terjadi krisis keuangan menjadi endemik dan menyebabkan ketidakstabilan. Semaua berakibat munculnya, ketidaksetaraan anatara kapitalis dan buruh, harga rumah gila dan upah yang stagnant, oleh kerena itu diperlukan adanya perubahan.
Lalu pertanyaannya dalam Buku Paper Dragon apakah yang harus dilakukan?
Neoliberalisme dan komunisme Cina, dan di antara para modernisasinya.
Paper Dragons adalah sebuah buku yang ditulis sangat banyak masalah didalam ini, menjelaskan tentang China dan Next Crash, yaitu virus finansialisasi yang dapat merusak Cina lebih parah.
Saya membaca Buku ini, dengan antusias, karena berharap Walden Bello (salah satu tokoh utama gerakan anti-globalisasi ) akan membuka kedok bagaimana sistem keuangan China menghancurkan, dan bagaimana hubungan dengan keuangan dunia, yang berpotensi memicu kehancuran berikutnya.
Namun Saya menjadi kecewa terhadap buku Bello ini. Bello mungkin dengan penuh semangat berbagi keprihatinan umum tentang ancaman deregulasi keuangan global, tetapi kenyataan nya, dia tidak tabu lebih dalam tentang Cina.
Dalam sebuah buku lebih dari 300 halaman, saya menghitung hanya satu bagian dari 14 yang dikhususkan untuk Cina - dan bahkan itu pun masih membingungkan, dan kurang tepat. Jia Kiata membanndingkan dengan karya Adam Tooze, "Mangistral Crash" atau Adair Turner, " Between Debt and Devil. Padahal keduanya membahas masalah yang sama, namun sayangnya tidak ada yang dikutip oleh Bello.
Masalahnya bahwa Bello berpikir dalam pengarus newleft dengan slogan yang bombastis. Kritis nya Bello terhadap kebijakan Cina memang mengaggumkan , tetapi tidak cukup untuk menggambarkan fenomena ekonomi dan sosial sebagai "neoliberal" dan tidal cukup dengan menganggap label sebagai melengkapi diagnosis, dalam memahami apa yang terjadi.
Seperti kit ketahui perdebatan dalam kepemimpinan komunis Tiongkok bukanlah antara neoliberal dan spektrum sosialis sejati, namun lebih sesat dari itu. Neoliberalisme dan komunisme Cina, bahkan di antara para modernisasinya, adalah seolah-olah teman yang baik bagi bangsa Asing .
Krisis keuangan yang muncul di Tiongkok bukan karena ia memberi jalan kepada varian neoliberalisme, tetanie masalahnya lebbig mendasar lagi. Dari revolusi pada tahun 1949 hingga hari ini, kepemimpinan komunis telah menggunakan bank-bank milik negara China untuk mengarahkan kredit kepada usaha-usaha domestik dan daerah-daerah untuk mencapai tujuan politik.
Karena rezim tidak berani menaikkan pajak untuk masyarakat umum karena takut akan kerusuhan sosial, tujuan pengeluaran dicapai melalui pinjaman bank, sehingga total hutang bank mendekati tiga kali PDB.
Sangat sedikit pinjaman yang dilunasi: bunga hanya dibayar setengahnya. Dalam istilah barat, mereka tidak bekerja. Jika kredit macet pernah mengkristal, kerugian yang dihasilkan akan membanjiri bank. Dampaknya skala rekapitalisasi bank yang diperlukan untuk membangun kembali akan membuat masalah besar bagi negara. Komunisme Tiongkok akan runtuh di bawl kontradiksi sistem ekonominya sendiri, dan bencana ekonomi kontinental yang diakibatkannya, akan memiliki konsekuensi global.
Disnilah Bello mampu mendekati masalah terse but diatas. Tentu saja beberapa orang dalam kepemimpinan ingin membersihkan neraca bank sebelum krisis melanda, dan dengan mengutipnya di bursa saham Hong Kong, mulailah bisnis rekapitalisasi yang panjang dan menyakitkan melalui sumber apa pun.
Tapi ini bukan perdebatan dalam parameter neoliberalisme, sebagaimana Bello mencoba untuk menggambarkannya. Ini tentang realpolitik yang kers kepala, dan kelangsungan bidup reuzin, seta tentang cara melepaskan diri dari 70 tahun penggunaan bank sebagai pengganti pengeluaran publik.
Akhinya Cina mengizinkan sistem shadow banking muncul.
Bello setidaknya menunjuk pada munculnya sistem Shadow Banking yang tumbuh cepat, dan gelembung real estate Cina, tetapi ia juga mencoba untuk memasukkan proses pembuatan kredit ke dalam label-label neoliberalnya. Bukan kapitalisme neoliberal yang memberikan insentif menghasilkan uang dari uang: betapa mudahnya menciptakan kredit dalam sistem perbankan, sosialis atau kapitalis mana pun, di mana bank diizinkan beroperasi hanya dengan sejumlah kecil modal mereka sendiri.
Ada istilah “Perbankan cadangan fraksional” yang memiliki kecenderungan untuk menciptakan kredit berlebih, yang kemidian berakibat pada kenaikan harga aset secara umum, dan harga rumah khususnya. Cina harus membiarkan sistem shadow banking muncul untuk memenuhi permintaan kredit hipotek karena bank-bank milik negara yang terserang tidak bisa melakukan pekerjaan itu. Ya, itu sudah di luar kendali. Tetapi sekali lagi bukan neoliberalisme yang harus disalahkan melainkan ekonomi politik Tiongkok.
