Rezeki Nggak Ketuker Untuk Orang Jujur, Kyai. ?



Pagi itu Saya berjalan bersama Pak Kyai. Olah raga Minggu pagi di Monas. Sepulang saya dari Monas,  Dipinggir jalan ada bapak jualan cemilan. Saya disuaruh pak Kyai, beli 3 bungkus kripik.

"berapa, pak?" Tanayaku

Sambil nunduk bapak itu jawab " ambil apa saja nak?"

Saya spontan mengernyitkan dahi, dan bertanya dalam "koq bapaknya kenapa tanya, yah?"
"3 kripik, pak." Jawab Saya.

"28 ribu, nak", jawabnya bapak Penjual cemilan.

Sayapun sodorkan uang selembar 100 ribu.

"Berate  uangnya nak?" masih dalam posisi nunduk beliau bertanya.

Saya mulai bingung dengan pertanyaannya, "100 ribu, pak." Jawab saya

Bapak itu lalu berdiri meraba² kantong celananya sambil ngeluarin beberapa uang.

Astaga… ternyata bapak itu ada masalah di matanya dan sepertinya gak bisa lihat.

Ya Allah..ampunin kenapa aku tak pandai menjaga hati. Maafkan jika hati ini belum mampu berbaik sangka sama orang, sementara pak kyai memperhatikan dari jauh sambil senyum.

Bapaknya sibuk membongkar uang yang dikeluarkan dari kantong celananya. Nyaris dikeluarkan semua di tangannya.

Lalu dia bilang, "ambil saja nak kembaliannya."

Seketika itu saya terkejut mendengar intruksi dari si bapak.

Lalu secara spontan Saya bertanya pada bapak itu, "Pak, kalau saya kasih uangnya 10 ribu terus saya ambil kembalinya 50 ribu dari tangan bapak dan bapak kan ga tau. Terus nanti bapak rugi dong?"

Lagi lagi jawaban yang sederhana muncul dari mulutnya, "Allah tidak akan salah alamat kasih rejeki.. Nak, kalau sekarang saya harus rugi, saya yakin, Allah pasti lagi nyiapin rejeki lain buat saya. Hidup tak hanya sebatas untung dan rugi, tapi hidup belajar tentang sabar dan ikhlas," katanya.

Ah aku nih memang sensitif kalau ketemu orang hebat seperti ini Rasanya gak bisa nahan air dari pelupuk mata ini. Ya Allah... Gemetar hati ini mendengarnya.

Bapak itu nanya lagi, "sudah ambil kembaliannya belum nak ?"(rada bingung & ragu)..akhirnya

"ga usah, pak! Hari ini Allah  kirim rejeki untuk bapak." Jawab saya.

Bapaknya senyum sambil bilang, "Terima kasih, nak."

Aku basa cemilan nya ke pak kyai, " Berapa harganya ? " tanya Pak Kyai

"28 Ribu pak kyai, aspi aung pak kyai, saya kasih semua" jawabku sedikit takut.

" Bagus, tahukah kamu, saat jaman semakin maju, kita akan kehilangan simpati adn empati,  Karena oarng tua hanya mengajarkan isi kepala anaknya, bukan  mendidik ahlak anaknya. Yai sengaja menyuruh kamu , untuk memberikan pelajaran " jelas kyai.

Sayapun jadi senang, karana befikir pak kyai akan march, dan saya ragu bisa mengganti duit pak kyai.
"Ya Allah..ampuni aku.., maafkan aku..dari setiap kegelisahan dan keraguan hati ini akan rezeki dariMu.." ucapku dalam hati, sadar akan ketakutan ngak bisa ganti duit pak kyai.

"Disaat semakin susahnya mencari uang... si bapak penjual cemilan ini dengan keterbatasan matanya tetap bertahan dan yakin bahwa Tuhan selalu ada bersamanya.." jelas

"Hari ini belajar lagi dari manusia hebat penjual cemilan bahwa hidup tak hanya sebatas untung dan rugi.sama halnya dgn persahabatan tak sebatas untung dan rugi dlm menilai kebaikan dan pengorbanan sebab kebaikan dan pengorbanan tdk dpt dinilai /diukur don sang, Semoga ALLAH senantiasa melindungi kita semua, Aamiin." tutur pak kyai sambil mengajak saya pulang..


0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama