https://www.youtube.com/watch?v=a2yTWHqWcn8
Salah seorang oknum dosen PTS di Yogyakarta yang berinisial BA membuat pernyataan mengejutkan dimedia sosial miliknya, bahkan aktivis media sosial (medsos) yang dikenal cukup aktif dalam mendukung kebijakan pemerintah tersebut telah mengaku melakukan perbuatan asusila kesejumlah korbannya, diantaranya ialah civitas akademika kampus UGM. Pelecehan yang berkedok penelitian tersebut tidak lain bermaksud hanya untuk memenuhi fantasi seksualnya tentang bertukar pasangan (swinger).
Pengakuan mengejutkan itu BA unggah sendiri melalui akun media sosial Facebook milik pribadinya Bams Utara pada minggu (2/8/20) lengkap dengan video dirinya. BA mengaku sering dihantui oleh fantasi seksnya tentang swinger, selain berfantasi seksual bertukar pasangan ia pun mengaku pernah melakukan tindakan asusila baik secara verbal maupun secara fisik. Untuk melancarkan perbuatannya tersebut BA melakukan pencatutan nama organisasi islam besar di indonesia (NU) dan kampus UGM.
Berikut pengakuan yang BA unggah di media sosial Facebook:
“Terima kasih teman-teman yang sudah mendengarkan video ini. Saya membuat rekaman ini dengan kesadaran penuh tanpa ada paksaan dari siapa pun.
Saya Bambang Arianto ingin menjelaskan bahwa pernyataan saya mengenai rencana penelitian tentang swinger kepada banyak perempuan adalah bohong, karena sesungguhnya saya lebih ingin berfantasi swinger secara virtual semata. Hal itu dikarenakan kata swinger sering menghantui saya setiap waktu. Selain berfantasi secara virtual tentang swinger, saya juga pernah melakukan pelecehan fisik. Secara khusus saya meminta maaf kepada seluruh korban baik dari kampus UGM Bulaksumur maupun yang lain yang pernah menjadi korban pelecehan saya secara fisik, tulisan meupun verbal sehingga menimbulkan trauma.
Saya juga meminta maaf kepada NU dan UGM karena selama ini menyalahgunakan nama NU dan UGM dalam mencari target. Secara umum saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia dan berjanji tidak lagi melakukan kebohongan ini. Apa yang saya lakukan selama ini tidak diketahui oleh istri saya. Setelah ini saya akan menceritakan kepada istri saya dan meminta dia mendampingi saya dalam melakukan terapi secara intensif ke psikolog maupun ke psikiater agar bisa terbebas dari penyimpangan ini. Kemudian diakhir saya berjanji untuk tidak melakukan hal ini lagi dan bila terbukti melakukan lagi saya siap menerima segala konsekuensi hukum.”
![Pipit Dyah Palupi (kiri) dan Ridha Annisa Hakim (kanan) Berselfi saat Aksi Damai Deklarasi Anti Hoax dan Pemilu Damai tahun 2019](https://www.penjuru.id/wp-content/uploads/2020/08/WhatsApp-Image-2020-08-03-at-18.37.40-1-200x112.jpeg)
Menurut pandangan Ketua Bidang Kesehatan DPW PGK DIY Ridha Annisa Hakim, seharusnya pernyataan oknum dosen tersebut didampingi oleh psikiater dalam memberikan klarifikasinya supaya emosi pada diri BA tetap terjaga. “Seharusnya dalam memberikan klarifikasi tersebut, oknum BA didampingi baik oleh istrinya dan juga oleh psikiater supaya emosi dan psikis BA terjaga, serta mendapatkan sandaran atas penyesalannya”,ungkap Ridha Annisa Hakim yang juga mahasiswi Pascasarjana Kebidanan UNISA Yogyakarta pada Senin (3/8/20).
Lain halnya menurut Anggota Bidang Keperempuanan DPW PGK DIY Pipit Dyah Palupi mengungkapkan, seharusnya seorang tenaga pendidik memberikan contoh yang baik untuk peserta didiknya bukan malah melakukan perbuatan kriminal. “Dosen merupakan orang yang merubah peradaban manusia, seharusnya seorang dosen memberikan suri tauladan untuk mahasiswanya bukan malah menjadi oknum yang kriminal, semoga tidak ada lagi oknum dosen yang melakukan perbuatan kriminal”, ungkap Pipit dikonfirmasi melalui saluran telpon pada Senin (3/8/20).