Pada suatu hari pak Kyai didatangi murid muridnya, yang protes untuk tidak mengadakan sholat berjamaah di mesjid , pak kyai pun bertanya ;
" kalian berani Ke Luar Rumah ?" pak kyai bertanya pada kami.
"BERANI" kami berentak menjawab
"Ke ATM ? " tanya Pak kyai
"BERANI" jawab kami.
"Ke Indomart atau Ke Alfa Mart ?"
"BERANI"
"Ke Warung atau Ke Pasar ?"
"BERANI"
"Ke Tetangga Dan Saudara Makan Bareng ?"
"BERANI"
"Ambil Tagihan dan Gaji Berani ?"
"BERANI"
"Potting Rambut ?"
"BERANI"
"Giliran Ke Masjid ? " Tanya pak kyai
Kami semua diam nggak ada yang berani menjawab.
Pak Kyaipun menghela nafasnya dan berkata, "Di Negeriku Mesjid Di Korbankan.... Mesjid Di Takuti... Mesjid Kok Jadi Menjijikan..."
" Kalian tabu Di Germany dan Negara2 Europa Adzan Mulai Di Kumandangkan..."
"Sedangkan Kita Tega Berdebat Dalil Wabah Dengan Orang Lain..
Berdebat Dengan Hati Nurani Sendiri Saja Kita Semua Linglung..."
Dan kamipun menyadari ketidakkosistenan kami, seharusnya kami lockdown, bukan hanya ke mesjid saja, tapi disemua tempat. tapi apa daya kami ?. Pemerintah tidak punya yang untuk menyiapkan logistik buat kami selama kami diam dirumah. Padahal bilya pinade ibukota sanggup. tapi untuk hal ini, kami disuruh narij duit, ditenagh keterbatasan yng kami miliki..artinya kami asrus tetap ke mesjid lah..
Dan kamipun menyadari ketidakkosistenan kami, seharusnya kami lockdown, bukan hanya ke mesjid saja, tapi disemua tempat. tapi apa daya kami ?. Pemerintah tidak punya yang untuk menyiapkan logistik buat kami selama kami diam dirumah. Padahal bilya pinade ibukota sanggup. tapi untuk hal ini, kami disuruh narij duit, ditenagh keterbatasan yng kami miliki..artinya kami asrus tetap ke mesjid lah..